BUMNPOST.COM – Reksadana pasar uang dan deposito kini menjadi opsi menarik untuk investasi jangka pendek. Kedua instrumen ini menawarkan keamanan dana saat pasar volatil sekaligus berpotensi memberikan imbal hasil optimal.
Chief Investment Officer PT BRI Manajemen Investasi, Herman Tjahjadi, menjelaskan bahwa tingginya suku bunga mendukung performa reksadana pasar uang.
“Karena umumnya volatilitas harga ataupun imbal hasil dari obligasi dengan tenor di bawah satu tahun atau pasar uang cenderung lebih terjaga,” ujar Herman seperti dikutip dari Kontan.co.id, Jumat (21/6/2024).
Herman menambahkan, reksadana pasar uang masih memberikan tingkat pengembalian yang positif dan stabil, meskipun di tengah kondisi suku bunga tinggi dan volatilitas pasar.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha, menyebut reksadana pasar uang cocok untuk menumbuhkan modal dalam jangka pendek.
“Dana untuk keperluan jangka pendek sebaiknya tak rentan terpapar fluktuasi,” ujarnya. Reksadana pasar uang menawarkan likuiditas dan potensi imbal hasil lebih tinggi dibandingkan tabungan.
Baca Juga: Siang Ini Rupiah Melemah Setelah BI Umumkan Menahan Susu Bunga di Level 6,25%
Menurut riset Infovesta, hingga Mei 2024, imbal hasil indeks reksadana pasar uang mencapai 1,93% year to date (ytd), lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap yang hanya 0,83% ytd.
Sebaliknya, reksadana campuran dan saham mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,23% ytd dan 8,26% ytd.
Namun, bagi mereka yang tidak ingin mencairkan dana sebelum jatuh tempo, deposito lebih disarankan. Dimas menekankan pentingnya menyesuaikan pilihan investasi dengan tujuan dan rencana keuangan individu.
Perbedaan mencolok antara kedua instrumen ini adalah penempatan dana dan fleksibilitas. Investasi di reksadana pasar uang bisa dimulai hanya dengan Rp 10.000, sedangkan deposito memerlukan minimal Rp 5 juta. (bp/dvd)