BUMNPOST.COM – Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menyentuh harga Rp50 per saham pada perdagangan kemarin, Rabu (19/6/2024).
Mengenai fenomena ini, Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Zein Mahmud buka suara. Ia lalu mencermati fenomena GOTO yang merupakan bukti empiris konkret tentang betapa irasionalnya bursa saham dan tidak logisnya investor.
Setelah mencermati, Hasan bercerita menjelang IPO, saat dirinya mengkritik tajam GOTO berulang-ulang, para venture capitalists dan konglomerasi berlomba-lomba mendapatkan saham GOTO.
Lebih lanjut, Hasan mengatakan bahwa sebagian venture capital dan konglomerasi menyetor langsung ke GOTO dalam bentuk saham, dan sebagian dalam format mandatory convertible bond (MCB), termasuk Telkomsel.
Dia melihat, terdapat nama-nama besar seperti SVF GT Subco dan Taobao. Hasan tak menemukan nama ADIA dan INA dalam daftar pemegang saham GOTO versi RTI. Hasan melanjutkan para pemodal tersebut menyetor dengan harga yang berbeda-beda.
“Saya tak punya data tentang itu. Tetapi, perkiraan saya mereka menyetor, terutama anchor investors menjelang IPO, rata-rata menyetor di atas Rp200 per saham. Yang membeli dari IPO kita tahu, menyetor harga Rp338 per saham,” kata Hasan, Kamis (20/6/2024).
Baca Juga: Law Firm Hardi Fardiansyah & Co Buka Cabang di Malaysia
Saat itu, lanjut Hasan, rugi GOTO puluhan triliun. GOTO juga menyampaikan memiliki prediksi di prospektus akan tetap menderita rugi belasan triliun beberapa tahun ke depan dan tidak yakin mampu mencetak laba.
GOTO harus melakukan private placement atau right issue berkala untuk menjaga bahan bakar atau cash flows tetap tersedia agar roda operasi tidak berhenti. GOTO juga dinilai mengejar pertumbuhan GTV dengan mengorbankan rentabilitas.
Kini, kata Hasan, setelah GOTO melakukan reorientasi bisnis, melakukan redefinisi terhadap core business-nya, melakukan restrukturisasi dengan divestasi Tokopedia, melakukan efisiensi, mulai berusaha menggapai laba, harga sahamnya terus melorot. Bahkan harga saham GOTO menyentuh all time low (ATL) pada level Rp50 per saham.
Hasan juga mencermati kenaikan pendapatan 22%, penurunan rugi 76%, arus kas yang longgar, dan EBITDA yang mulai positif, sama sekali tak memiliki makna dalam menerawang prospek usaha GOTO.
“Antara cuan dan tetap memelihara akal sehat, saya memilih yang belakangan,” ucap Hasan. (bp/dvd)