BUMNPOST.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/2/2024) dibuka melemah ke level Rp15.655.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,16% ke Rp15.655 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,06% ke 103,76.
Beberapa mata uang Asia lainnya pagi ini dibuka menguat, dengan yen Jepang naik 0,16%, dolar Singapura naik 0,02%, won Korea Selatan naik 0,06%, peso Filipina naik 0,03%, dan rupee India naik 0,06%. Kemudian yuan China melemah 0,01%, ringgit Malaysia melemah 0,03%, dan baht Thailand menguat 0,14%.
Mata uang Garuda yang melemah tak lepas dari twin deficit dari sisi transaksi berjalan dan budget fiscal.
Pada kuartal IV-2023 tercatat transaksi berjalan Indonesia mengalami pelebaran defisit menjadi US$1,3 Miliar sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB.
Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.
Selain itu, potensi terjadinya defisit APBN yang lebih dalam semakin besar terjadi mengingat keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik pada tahun ini setidaknya hingga Juni 2024.
Baca Juga: Jokowi: Wacana PDI Perjuangan Jadi Oposisi, Tanyakan kepada Pengurus Partai
“Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni, baik itu yang subsidi maupun non subsidi,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Senin (26/2/2024).
Oleh sebab itu, ia mengatakan, defisit APBN akan melebar dari yang ditetapkan, 2.29% dari PDB pada tahun ini, menjadi sekitar 2,8%. Seiring dengan adanya penambahan kebutuhan anggaran untuk beberapa pos anggaran.
Sentimen defisit yang bertubi-tubi ini dapat memengaruhi perspektif investor khususnya asing untuk berinvestasi di dalam negeri karena kondisi perekonomian Indonesia yang dianggap kurang baik.
Data tersebut diharapkan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai inflasi AS setelah serangkaian data yang sulit untuk Desember dan Januari.
Beberapa pejabat Fed juga akan menyampaikan pidato pada akhir pekan ini, dan diperkirakan akan mengulangi kembali prospek bank sentral mengenai suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, di tengah kekhawatiran atas tingginya inflasi.
Dari dalam negeri, fokus tertuju pada inflasi dengan harga BBM nonsubsidi dan barang pokok yang meningkat. (bp/dvd)