Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (1/4/2024) dibuka melemah ke level Rp15.885,5.
Rupiah melemah bersamaan dengan terkoreksinya indeks dolar AS. Mengutip data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,18% atau 29 poin ke Rp15.885,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga melemah 0,02 persen ke 105,52.
Bersamaan dengan rupiah, dolar Singapura turun 0,01%, won Korena turun 0,04%, peso Filipina turun 0,10%, lalu ringgit Malaysia turun 0,01%, dan yen Jepang turun 0,05%. Sementara itu, dolar Hongkong menguat 0,02%, rupee India menguat 0,03%, dan yuan China menguat 0,06%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan hari ini rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi diperkirakan ditutup melemah pada rentang Rp15.840-Rp15.910 per dolar AS.
Baca Juga: Penyaluran Bansos Diharapkan dapat Menekan Inflasi
Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan sentimen tertuju pada para analis yang optimistis pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I/2024 tidak jauh dari angka 5%. Penopang utama laju pertumbuhan ekonomi tersebut karena adanya efek pemberian komponen tunjangan kerja dan THR di momen hari raya Idulfitri 1445.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pemberian komponen tunjangan kinerja 100% pada tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 ASN berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2024. Pemberian komposisi tukin 100% ini merupakan upaya pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 5,2% secara tahunan (year on year/yoy).
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari luar negeri, terdapat fokus pasar saat ini yang tertuju pada data indeks harga PCE atau ukuran inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat.
Tanda-tanda menurunnya inflasi kemungkinan besar akan memicu pelemahan terhadap dolar AS, mengingat hal tersebut meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal.
Sinyal dari keduanya mengenai penurunan suku bunga akan diawasi dengan ketat, setelah pejabat Fed lainnya memberikan nada yang agak hawkish pada pekan ini.
Gubernur Christopher Waller memperingatkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga, dengan alasan inflasi yang sulit dan ketahanan ekonomi AS. (bp/dvd)