BUMNPOST.COM – Nilai tukar rupiah dibuka pada perdagangan hari ini, Kamis (22/8/2024) melemah ke posisi Rp15.541 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,27% atau 42 poin ke posisi Rp15.541 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,22% ke posisi 101,261.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Baht Thailand melemah 0,31%, peso Filipina menguat 0,26%, dolar Taiwan menguat 0,05%, rupee India melemah 0,17%, dan ringgit Malaysia melemah 0,07%.
Sementara, mata uang lainnya seperti yen Jepang melemah 0,23%, won Korea melemah 0,29%, yuan China melemah 0,08%, dolar Hong Kong menguat 0,01%, dan dolar Singapura melemah sebesar 0,05%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini. Sementara itu, berbagai elemen masyarakat seperti kaum buruh, mahasiswa, hingga aktivis bakal turun ke jalanan untuk melakukan aksi demonstrasi “Peringatan Darurat” untuk “Kawal Putusan Mahkamah Konstitusi” (MK) terkait Pilkada Serentak.
Aksi demonstrasi pada hari ini akan berfokus di tiga lokasi, yaitu di depan Gedung DPR RI dan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Di samping itu, ada juga aksi Kamisan yang bakal dilaksanakan di depan Istana Presiden, Jakarta.
Partai Buruh berencana unjuk rasa dan mengajak seluruh elemen turun ke jalan guna menanggapi langkah Baleg DPR RI terhadap putusan MK soal Pilkada 2024.
Lokasi demo akan dipusatkan di depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan pada pukul 09.00 WIB. Sebelumnya, rupiah ditutup melemah 64 poin, sempat sempat menguat 8 poin di level Rp15.499,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.435,5 per dolar AS.
Baca Juga: Diperlukan Kecerdasan AI, OJK Rilis Panduan Resiliensi Digital
“Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.440-Rp15.550 per dolar AS,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (22/8/2024).
Dia mengatakan bahwa ketidakpastian global terkait dengan ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global masih mengkhawatirkan sehingga menimbulkan risiko bagi pergerakan rupiah meskipun kondisi ekonomi domestik Indonesia cukup kuat.
Menurutnya, perlambatan ekonomi global ini dapat memberikan tekanan pada sektor eksternal Indonesia sehingga meningkatkan risiko pelebaran defisit neraca transaksi berjalan di tengah tren ekspansi defisit fiskal.
Dalam perkembangan terbaru, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Agustus 2024.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan bahwa keputusan mempertahankan BI Rate 6,25% ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas.
Selain itu, BI mematok inflasi pada 2024 berada di kisaran 2,5% plus minus 1%. Dia menyebut, kebijakan ini juga didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan masuknya aliran modal asing.(bp/dvd)