HFANEWS.COM – Perusahaan perdagangan dan pertambangan komoditas asal Swiss, Glencore, tengah menghadapi situasi yang menuntut restrukturisasi bisnisnya di Kaledonia Baru. Rencananya, Glencore akan menjual sahamnya di Koniambo Nickel SAS (KNS) dan menghentikan sementara produksi di pabrik pengolahan KNS selama enam bulan. Langkah ini diambil dengan tujuan mencari investor baru yang dapat membantu mengatasi kerugian yang tengah dihadapi oleh perusahaan.
Dilaporkan oleh Reuters pada Senin (12/1), Prancis juga ikut terlibat dalam upaya penyelamatan industri nikel di Kaledonia Baru. Negosiasi telah berlangsung, dan Prancis telah menyatakan dukungan negara senilai 200 juta euro untuk KNS. Meskipun demikian, Glencore tetap menghadapi kendala signifikan, dengan biaya operasional yang tinggi dan kondisi pasar nikel yang sangat lemah.
Dalam pernyataan resmi, Glencore menyampaikan bahwa bahkan dengan tawaran bantuan dari pemerintah Perancis, operasi KNS tetap tidak menguntungkan. Perusahaan segera memulai proses untuk mengidentifikasi mitra industri baru yang potensial bagi KNS. Meskipun Pemerintah Perancis tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan negara, tingginya biaya operasional dan kondisi pasar yang sulit membuat perusahaan merasa perlu menghentikan produksi sementara.
BACA JUGA : Indonesia Tetap Konsisten: Tambang Nikel Akan Tetap Beroperasi Meskipun Negara Lain Tutup
Pemerintah Perancis dari sisi lain, melalui Kementerian Keuangan, menegaskan bahwa posisinya adalah pelaku industri, bukan negara, yang seharusnya berinvestasi di KNS dan fasilitas pengolah nikel lainnya di Kaledonia Baru. Mereka juga tidak mengecualikan kemungkinan adanya investor dari Tiongkok.
Glencore menambahkan bahwa mereka akan mendanai KNS selama periode enam bulan di mana pabrik akan ditempatkan dalam perawatan dan pemeliharaan. Tungku pabrik akan tetap panas untuk menjaga kelangsungan lokasi, dan seluruh karyawan KNS lokal akan dipertahankan. Langkah ini diharapkan dapat membantu Glencore menghindari dampak negatif terhadap pendapatan inti (EBITDA) hingga US$400 juta.
KNS sendiri merupakan perusahaan patungan antara Glencore dan Societe Miniere du Sud Pacifique SA (SMSP), yang terakhir dikendalikan oleh provinsi utara Kaledonia Baru. Faktor-faktor seperti tingginya biaya dan ketegangan politik di Kaledonia Baru, ditambah dengan persaingan dari Indonesia yang tengah mengimplementasikan program hilirisasi nikel, telah menyebabkan tiga pabrik pengolahan di wilayah Perancis berada di ambang kehancuran.
Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), sebelumnya menyatakan komitmen untuk menjalankan kebijakan hilirisasi nikel, meskipun hal ini menimbulkan protes dari Uni Eropa yang bahkan membawa masalah tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Jokowi menjelaskan bahwa sebelum dilakukan hilirisasi, nilai ekspor nikel Indonesia hanya mencapai US$2,1 miliar atau setara dengan Rp510 triliun. (hf/dvd)