HFANEWS.COM – Harga bitcoin melesat menembus US$44.000 di tengah rencana The Fed melonggarkan kebijakan moneter. Namun demikian, investor masih mempertanyakan apakah kenaikan harga bitcoin semakin mencerminkan keyakinan bahwa kebijakan moneter Federal Reserve yang lebih longgar akan terjadi.
Bitcoin telah naik selama enam hari hingga Selasa (5/12) dengan bertambah sekitar 16% dan mengkonsolidasi kenaikan di awal perdagangan Asia pada Rabu (6/12). Pemulihan Bitcoin sejak 2023 dari kejatuhan kripto tahun lalu sekarang mencapai 165%.
BACA JUGA : Masa Depan Energi Indonesia: Pilihan Pengganti BBM yang Berkelanjutan
Sebagian besar kenaikan ini dikaitkan dengan prospek AS mengizinkan ETF di bursa Bitcoin untuk pertama kalinya, sehingga membuka jalan bagi basis investor yang lebih luas.
BlackRock Inc. dan Fidelity Investments termasuk di antara mereka yang menunggu hasil permohonan mereka, dengan beberapa analis mengharapkan ‘lampu hijau’ pada Januari 2024.
Analis pasar di IG Australia Pty, Tony Sycamore juga menuturkan bahwa meroketnya Bitcoin justru merupakan pengingat bahwa kripto lebih responsif terhadap poros dan kebijakan Fed dibandingkan kelas aset lainnya.
Untuk saat ini, momentum Bitcoin menutupi segala kekhawatiran bahwa lonjakan tersebut berisiko menjadi terlalu tinggi.
Mata uang virtual yang lebih kecil seperti Ether, Avalanche, dan Dogecoin juga mengalami kemajuan. Di lain sisi, suasana bullish secara keseluruhan terlihat jelas di berbagai negara.
Bitcoin di bursa Upbit dan Bithumb Korea Selatan diperdagangkan sekitar 4% di atas harga global yang berlaku pada hari Rabu (6/12) sehingga kembali apa yang disebut dengan “kimchi premium”.
Kemudian, di Abu Dhabi, Dhabi, peritel perangkat keras penambangan kripto Phoenix Group Plc melonjak 35% pada debutnya di hari Selasa (5/12) perusahaan ini merupakan pencatatan saham pertama yang terkait dengan kripto di Timur Tengah. (hfan/dvd)