BUMNPOST.COM – Di tengah dinamika global yang terus berubah, kabar baik datang dari Asia Tenggara. Vietnam resmi bergabung sebagai negara mitra dalam kelompok ekonomi negara berkembang BRICS, menandai babak baru kerja sama global yang lebih inklusif dan berimbang.
Kabar ini disampaikan oleh Brasil, yang saat ini menjabat sebagai Presiden BRICS. Dalam pernyataannya, pemerintah Brasil menyambut hangat keputusan Vietnam tersebut. Sebelumnya, Vietnam memang telah menyatakan ketertarikannya untuk memperkuat kemitraan dengan BRICS di awal tahun ini.
Langkah Vietnam ini bukan sekadar keputusan diplomatik, tetapi cermin dari semangat negara-negara berkembang yang ingin duduk sejajar di meja global. Meski status negara mitra tidak memberikan hak suara dalam pengambilan keputusan utama BRICS, Vietnam tetap akan dilibatkan dalam pertemuan puncak serta proyek-proyek kolaboratif yang diinisiasi oleh aliansi ini.
BACA JUGA : Ribuan Pekerja Petronas Terancam Kehilangan Pekerjaan
Bagi banyak negara seperti Vietnam, menjadi bagian dari BRICS—meski sebagai mitra—adalah harapan akan masa depan yang lebih setara. Melalui kerja sama ini, mereka bisa menjalin hubungan ekonomi yang lebih luas, mendapatkan akses ke investasi, dan turut serta dalam proyek-proyek energi yang dibangun atas dasar solidaritas Selatan-Selatan.
BRICS sendiri kini menjadi rumah bagi 11 negara anggota tetap, termasuk Indonesia, serta sejumlah negara mitra lainnya seperti Malaysia, Nigeria, Kuba, dan Thailand. Bersama-sama, mereka membentuk wajah baru dari kerja sama global—yang tidak lagi hanya didominasi oleh negara-negara Barat, tapi berakar pada nilai saling menghormati, pembangunan berkelanjutan, dan keinginan untuk mandiri secara ekonomi.
Kehadiran Vietnam menambah warna dalam mosaik BRICS. Ini bukan hanya tentang angka dan pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang manusia-manusia di dalamnya—para petani, pekerja, pelaku usaha kecil, dan generasi muda—yang menginginkan dunia yang lebih adil untuk ditinggali.
Dan dalam langkah kecil hari ini, ada harapan besar bahwa masa depan global tak lagi ditentukan oleh segelintir negara kuat, melainkan oleh semangat gotong royong negara-negara yang dahulu disebut “berkembang”, kini siap bangkit bersama.