BUMNPOST.COM – Karena dipengaruhi oleh sentimen hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan laporan kebijakan The Fed, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (22/5/2024).
“Rupiah mungkin masih bergerak melemah hari ini terhadap dolar AS. Karena suku bunga acuan AS kelihatannya masih akan ditahan lebih lama,” kata Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra dalam analisisnya, dikutip, Rabu (22/5/2024).
Menurut Ariston, para petinggi the Fed berbicara semalam, diantaranya Raphael Bostic, Loretta Mester, Susan Collins, dan Christopher Waller. Mereka memberikan indikasi bahwa the Fed akan bersabar menunggu hingga inflasi jelas turun sebelum memangkas suku bunga acuannya.
Dari dalam negeri, Ariston memperkirakan BI kemungkinan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya. Meskipun tekanan terhadap rupiah sudah berkurang.
Baca Juga: Seiring Rilis Data Suku Bunga Acuan BI, IHSG Berpeluang Menguat
“Hal tersebut karena ketidakpastian di pasar keuangan masih tinggi. Sikap ini (mempertahankan BI Rate) bisa membantu menjaga penguatan rupiah terhadap dolar AS sementara ini,” ucapnya.
Ariston memperkirakan, potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.050. Sedangkan potensi support di sekitar Rp15.930 per dolar AS.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi hari ini mata uang rupiah diprediksi fluktuatif, tetapi ditutup melemah terbatas di rentang Rp15.980-Rp16.040 per dolar AS.
“Hal ini membuat risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan April, yang dijadwalkan pada hari Rabu, menjadi fokus utama, untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai sikap bank tersebut terhadap suku bunga,” ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (21/5/2024).
Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target bank sentral AS sebesar 2% setelah data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2024 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali seiring dampak peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 mencatat defisit US$6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar US$140,4 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Transaksi berjalan mencatat defisit rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Pada kuartal I/2024, transaksi berjalan mencatat defisit US$2,2 miliar atau 0,6% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit US$1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal IV/2023.(bp/dvd)