BUMNPOST.COM – Kenaikan harga nikel yang sempat menembus level US$20.000 per ton disebut, namun saat ini tidak mampu menjadi katalis jangka panjang saham-saham emitennya, maka berdampak pada mayoritas saham-saham nikel sehingga bergerak melemah sepanjang semester I/2024.
Berdasarkan data RTI Business per 29 Juni 2024, terdapat 8 dari sepuluh saham perusahaan nikel yang bergerak melemah secara year to date. Setidaknya dua emiten yang mampu bertahan yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL).
Harita Nickel atau NCKL saat ini berada di level Rp1.010 per saham. Secara year to date, NCKL naik tipis sebesar 1% dengan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp63,73 triliun. Sementara itu MBMA terpantau naik 12,50% secara year to date dan parkir di level Rp630 per saham. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp68,04 triliun.
Baca Juga : Harga Cabai Turun, Harga Beras dan Bawang Putih Kompak Melonjak
Saham nikel lain terpantau melemah, misalnya saham BUMN seperti PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) melemah masing-masing sebesar 0,42% dan 26,69% secara year to date. INCO tercatat berada di level Rp4.220 per saham dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp42,04 triliun sedangkan ANTM berada di posisi Rp1.250 per saham dengan marcap sebesar Rp30,04 triliun.
Saham lain seperti PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) turun 8,62% year to date dan berada di posisi Rp795 per saham, PT United Tractors Tbk. (UNTR) turun 2,87% dan berada di level Rp21.295 per saham. Kemudian saham PT Harum Energy Tbk. (HRUM) tercatat turun 14,61% ke posisi Rp 1.140 per saham serta saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) turun 11,85% ke posisi Rp2.380 per saham. Saham lain adalah PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk. (NIKL) dengan penurunan masing-masing sebesar 10,71% dan 17,76%. (bp/dvd)