HFANEWS.COM – Pemanfaatan sumber energi bersih terus dikembangkan, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung. Hal ini tak lepas dari upaya mengejar Target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, potensi PLTS terapung di Indonesia mencapai 145 gigawatt (GW). Oleh karena itu pemerintah berencana memanfaatkan bendungan atau waduk sebagai lokasi PLTS.
“Ke depannya pengembangan PLTS terapung dengan memanfaatkan bendungan atau waduk PLTA memiliki potensi sebesar 14 GW,” katanya dalam RDP dengan komisi VII DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).
Saat ini Indonesia sudah memiliki PLTS terapung Cirata dengan kapasitas pembangkit mencapai 145 megawatt (MW). PLTS terapung ini merupakan yang terbesar di ASEAN, dan ketiga terbesar dunia.
BACA JUGA : Pak Jokowi Meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS terapung Cirata
“Saat ini Indonesia memiliki 145 MW PLTS terapung di Cirata dan sudah diresmikan, dan PLTS terbesar di ASEAN,” tuturnya.
Selain itu Jisman juga menyinggung rencana pemerintah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir(PLTN). Ia mengatakan PLTN baru beroperasi secara komersil pada tahun 2032.Targetnya, kapasitas PLTN bakal menjadi 9 gigawatt (gw) pada tahun 2060.
“Pengembangan tenaga nuklir direncanakan menjadi komersil pada tahun 2032 untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Kapasitasnya ditingkatkan menjadi 9 gw pada tahun 2060,” katanya dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).
Dalam kesempatan itu, Jisman menyatakan sumber potensi energi baru terbarukan masih jauh dari lokasi pusat beban penggunaan energi. Sehingga perlu adanya penguatan infrastruktur untuk menyalurkan energi ke pusat beban.
Adapun pusat beban yang dimaksud adalah Pulau Jawa. Oleh karena itu Indonesia berencana mengembangkan supergrid untuk meningkatkan konektivitas dan optimalisasi energi baru terbarukan.
“Indonesia berencana mengembangkan supergrid guna meningkatkan konektivitas dan optimalkan potensi EBT di 5 pulau, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Bali. Untuk interkoneksi Sumatera dan Jawa diperkirakan punya panjang 110 km dan memerlukan saluran udara maupun saluran kabel bawah laut bertegangan ekstra tinggi,” ujarnya.(hfan/dvd)