HFANEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko menuju Rp16.000 pada Senin (30/10/2023) jelang pertemuan The Fed atau Federal Open Market Commitee (FOMC) pada 31 Oktober-1 November 2023.
Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, data kuat PDB AS membuat The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
“The Fed hampir pasti akan mempertahankan suku bunga pada pekan depan. Namun, perlu diingat bahwa The Fed masih menjadwalkan pertemuan pada Desember 2023,” kata Kukman.
The Fed, lanjut Lukmat, diperkirakan mengerek suku bunga acuan pada FOMC tersebut yang bisa melambungkan dolar AS sekaligus menekan mata uang lainnya. Peluang penaikkan suku bunga di tambah dengan data pertumbuhan ekonomi AS yang melesat pada kuartal III/2023.
Baca Juga: BI: Perang Israel VS Hamas Mendorong Kenaikan Harga Energi dan Pangan
Berdasarkan data pemerintah AS yang dirilis Kamis, (26/10/2023), produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan PDB ini berada di atas proyeksi pasar yang memperkirakan PDB tumbuh 4,3% dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB kuartal II/2023 sebesar 2,1%. Melesatnya ekonomi AS mengindikasikan Kebijakan The Fed akan kembali mengerek suku bunga acuan.
Pekan lalu Jumat (27/10/2023), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,12% atau 19 poin ke Rp15.938 per dolar AS. Indeks greenback yang mengukur kekuatan dolar di hadapan mata uang utama cenderung stabil di 106,61. (HFAN/Arum)