Scroll untuk baca artikel
Top banner Example 325x300
BeritaEkonomi

Cadangan Beras Melimpah, Harga di Pasar Tetap Melonjak: Kebijakan Bulog Disorot

24
×

Cadangan Beras Melimpah, Harga di Pasar Tetap Melonjak: Kebijakan Bulog Disorot

Share this article
Example 468x60

BUMNPOST.COM – Ditengah kabar menggembirakan bahwa cadangan beras nasional di gudang Bulog telah mencapai rekor tertinggi 4,2 juta ton, masyarakat justru dihadapkan pada kenyataan pahit: harga beras di pasar masih tinggi dan di banyak daerah sudah melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Kondisi ini memicu sorotan dari berbagai kalangan terhadap arah kebijakan pangan pemerintah.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat, Otong Wiranta, menyebut persoalan utama bukan pada ketersediaan stok secara nasional, melainkan minimnya pasokan gabah di tingkat petani.

Example 300x600

“Di lapangan, stok gabah sangat terbatas. Sementara permintaan terus ada. Petani tidak mengalami hal luar biasa—yang mereka inginkan cuma bertani dengan nyaman: air tersedia, pupuk lancar, dan hama terkendali,” kata Otong dalam webinar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Senin (14/7).

BACA JUGA : PERADI Utama dan DPP PA GMNI Teken Kerja Sama Beasiswa PKPA Senilai Rp15 Miliar untuk 3.000 Kader

Otong juga mengkritik keputusan Bulog yang cenderung menahan cadangan beras dalam jumlah besar, tanpa segera mendistribusikannya ke pasar. “Akibatnya, padi yang sedikit di lapangan diperebutkan, harga jadi naik,” tambahnya.

Efek Domino Kebijakan Penyerapan Gabah

Dalam forum yang sama, Pengamat Pertanian dan Pengurus Pusat PERHEPI, Khudori, menilai strategi Bulog menyerap gabah dalam volume besar telah menciptakan ketimpangan di rantai pasok beras.

“Penggilingan swasta hanya mendapat sisa-sisa gabah. Akibatnya, suplai mereka ke pasar anjlok tajam—bahkan kini tinggal sepertiga dari biasanya,” ungkap Khudori.

Ia menambahkan, lambannya penyaluran cadangan oleh Bulog menjadi faktor utama yang memicu kelangkaan pasokan di pasar bebas, sehingga harga beras melonjak dan menekan konsumen.

Khudori juga memperingatkan bahwa kondisi ini bukan hanya berdampak pada penggilingan kecil, melainkan juga merembet ke penggilingan menengah dan besar. “Beberapa penggilingan bahkan berhenti produksi karena tidak bisa menjual di bawah HET,” katanya.

Menurutnya, pemerintah semestinya tak sekadar fokus pada pencapaian stok, melainkan juga aktif mengendalikan harga. “Kalau stok hanya ditahan demi rekor, ya wajar harga di pasar tidak turun,” tukas Khudori.

Inflasi Masih Dibayangi Harga Beras

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mencatat bahwa beras masih menjadi penyumbang inflasi utama. Pada Juni 2025, komoditas ini memberikan andil inflasi sebesar 0,04%.

Bahkan hingga pertengahan Juli, harga beras di sejumlah wilayah terus meningkat. Di zona 1 tercatat kenaikan 1,52%, zona 2 naik 0,90%, dan sebagian daerah harganya sudah jauh melewati HET.

“Kabupaten Mahakam Ulu menjadi salah satu contoh ekstrem, di mana harga beras menembus Rp19.129 per kilogram,” ujar Pudji dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi di Kemendagri, Jakarta.

Meskipun zona 3 mencatat penurunan harga tipis sebesar 0,03%, secara umum tren harga beras tetap naik dan menekan daya beli masyarakat.

Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *